Sekali lagi perempuan di Indonesia merayakan hari Kartini.
Sebagai bentuk penghargaan kepada seorang wanita yang berani menghapuskan
budaya pingitan pada masanya. Memang sangatlah sulit menghapuskan budaya yang
melekat erat seperti darah yang mengalir pada nadi. Namun melihat keadaan
perempuan jaman sekarang, boleh dikatakan miris sekali.
Memang tidak boleh mengambil kesimpulan secara pukul rata
kepada semua wanita, namun melihat kondisi perempuan muda masa kini amatlah
mengenaskan.
Setelah beratus tahun pendidikan pada perempuan diberikan,
nyatanya sekarang perempuan terdidik tak lagi terlihat sebagai perempuan
berpendidikan. Apakabar perempuan muda yang kini bangga disebut kimcil? Disebut
cabe-cabean? Apakabar perempuan yang seolah begitu tangguh dengan gang-nya? Mereka
lupa atau memang seolah menutup mata akan keadaan mereka?
Sekarang ini, hari Kartini hanyalah sebatas kebaya dan konde
secara massal. Meriah dengan segala bentuk perayaan. Sekali lagi pembahasan
yang tertuju adalah pada moral. Apakah akan tetap seperti ini keadaan wanita
masa kini?
Masih ingatkah dengan kematian Kartini ketika melahirkan
anak pertamanya di usia yang begitu muda, 25 tahun? Sedangkan saat ini, siapa
sangka yang melahirkan anak pertamanya atau bahkan yang menggugurkan anak
pertamanya adalah anak usia belasan tanpa surat nikah yang dipegang. Oh,
haruskah kita menggali kubur Kartini dan membiarkannya melihat seperti apa
keadaan perempuan masa kini setelah dia bersusah payah membangun dunia bebas
berpendidikannya?
Kartini memperjuangkan pendidikan bukan untuk kebebasan
seorang perempuan. Bukan. Dalam pemikiranku, Kartini lebih cerdas dan
berpandangan jauh kedepan tentang langkahnya itu. Kartini hanya ingin perempuan
dimasanya tidak dianggap bodoh dan sebatas konco
wingking. Hanya itu saja yang diinginkan Kartini. Bukan tentang perempuan
yang ingin merasa lebih daripada laki-laki. Bukan tentang perempuan yang bebas
bergaul tanpa mengindahkan moral dan etika. Bukan tentang perempuan yang
menindas laki-laki, merasa superior ketika melihat laki-laki begitu tunduk
dengannya. Bukan.
Sementara sekarang ini yang terjadi, perempuan berpendidikan
justru bersikap masa bodoh dan hanya memberikan peluang masa depannya sebagai konco wingking. Kemarilah kawan, coba
lihat ke depan. Rangkul setiap perempuan disekitarmu, bimbing bersama untuk
mewujudkan mimpi Kartini, mimpi kita bersama. Bukan dengan seperti ini yang
seolah menghancurkannya.
Kerjakan apa yang memang menjadi kewajiban kita. Menjadi anak
perempuan yang baik bagi ayah kalian. Menjadi perempuan yang baik dalam
pergaulan. Menjadi perempuan yang baik dalam berumah tangga.
Berubahlah menjadi wanita tangguh, dimana pendidikan bukan tentang
meninggikan pengetahuan kita namun justru merendahkan moral kita. Kita tetaplah
wanita yang mengedepankan perasaan. Kita hanya mengantungi ilmu demi anak kita,
karena kita adalah garda depan pendidikan anak-anak kita nantinya.
Perkuat lenganmu, karena disana akan banyak orang bersandar.
Suamimu yang merasa letih dengan pekerjaannya, anak-anakmu yang meminta rasa
kasih sayang, dan juga beragam keluhanmu sendiri yang kalian hadapi setiap
hari.
Ingatlah kawan, hari Kartini bukan hanya sebatas konde dan
kebaya. Ini masih tentang refleksi moral dan perilaku kita.