Laman

Jumat, 28 September 2012

Yang Terdalam


 Dan dalam jemari
Terselip do’a-do’a suci
Yang ku haturkan pada Illahi

Ah,
Nun jauh disana
Adakah kau dengar sapaku
Yang melantunkan kidung rindu
Menyebut namamu

Dan dalam nafas
Bahwa seluruh harap yang lepas
dan setiap asa pias
dan mimpi terhempas



Ah,
Raga terkoyak dalam sunyi
Menyentuh pilu dan nyeri yang sembunyi
Sembuh itu masih jauh
Karena memang enggan untuk luruh

Dan dalam darah
Ada dendam merajah

Airmata tak mau lagi bersaksi
Untuk sebuah nisan kenangan
Yang kian tenggelam

Dan dalam senyum
Ku tepiskan lukamu
Ku sembunyikan lukaku

Jumat, 21 September 2012

Senja
















Disana ada senja
Tengah menanti
Jemari bertautan
Bersama meraih satu mimpi

Disana ada senja
Tengah kau temui
Dan mengembang senyum asa
Menyapa mimpi

Disana ada senja
Yang coba ku gapai
Melangkah bersama
Menyelami satu mimpi

Disana ada senja
Senja yang sempurna
Milikmu
Milikku
Milik kita berdua

Pekatmu















Kunang-kunang menghitam
Terkungkung dalam sumbu malam
Meludahi kabut dan sinar lampu
Karena tak peduli laramu

Sumpah serapahmu tersimpan
Dalam ribuan kaleng botol dan lukisan
Pedas perih tak beri kesempatan
Buatmu terangkan satu kecap alasan

Dan kunang-kunang terus berlari
Dengan irama dan denting melodi
Bawa seluruh mimpi yang tak bertepi
Di sakumu dan di genggam jemari

Luluh lantak rasa dan asa
Biar terserak dan berkeping pecah
Hilang
Remuk  dalam sentuhan
Dan kunang-kunang itu terus padam
Menghilang

Kamis, 20 September 2012

Redup Rindu



Merindukan embun pagi
Yang biasanya bergelayut manja di ujung daun
Menyemarakan pagi dengan kesejukan
Diantara riuh kicau burung bersahutan

Merindukan terik mentari
Yang hangatnya menyelimuti hati
Panasnya tak kan rasa
Karena adamu adalah indahnya dunia


Merindukan hujan dan rinai
Yang memainkan rintik air dari awan tinggi
Menyapu seluruh kering rindu kemarau
Dan diantara debu-debu yang basah beku


Merindukan bintang mengerling
Manja memindai ujung menggunting
Dan hanya tinggal lipatan hati terangkum
Di ujung jemari yang mengembangkan senyum

Merindukan jerit malam memekik
dan kunang-kunang memadamkan cahaya
redup
dan hanya redup
tinggal redup yang sayup

Rabu, 19 September 2012

Satu


Prince
Menyapa langit mimpi
Di ujung pelangi hati
Tersembunyi secarik puisi
Dari bidadari
Adakah kau dengar
Lantunan melodi dan petikan senar
Senyum di balik senja
Tawa di tengah cemara
Kedipkan lentik mata
Kan ku sadari bahwa kau ada
Dalam diriku satu




Princess
Kunang-kunang yang hinggap di matamu
Memancar binar indah namun sendu
Adakah yang ku tak tahu
Dalam dirimu
Diriku hanyalah satu keping batu
Menutup lubang di hatimu
Yang tadinya menganga dan membeku
Sadari cinta kasih aku cemburu
Ketika kau memandangi birunya langit penuh haru
Genggam jemariku
Hangatku kan cairkan rasamu
Dan aku padamu

Utuh














Rintik hujan pertama
Dalam rindu kemarau akhirnya tiba
Denting nada yang tercipta
Di antara percikan rinai, daun dan bunga
Resonasinya membuka ingatan lama
Membokar makam kenangan rasa

Langit pekat
Tenggorokan rasa tersekat
Sudah biasa mengabai rasa hati
Tak acuh pada memar luka memori

Diam hanyalah pelampiasan
Pada jutaan rasa yang mengoyak jiwa
Biar, biar saja
Terus terpendam dan tak menyala

Hingar bingar pekik jeritmu
Diantara pekat malam langit kelabu
Bukan, bukannya aku tak mau tahu
Hanya ingin katakan aku milikmu
Kamu milikmu utuh

Pias cahaya diantara kelip bintang raya
Panas menyusup relung berbatu
Lepas sudah semua lalu masa
Hanya tinggal ukiran pengakuan dan janji bisu

Aku milikmu
Dan kamu
Milikmu utuh...