Laman

Senin, 20 April 2015

Kartini Tidak Hanya Sebatas Konde dan Kebaya

Sekali lagi perempuan di Indonesia merayakan hari Kartini. Sebagai bentuk penghargaan kepada seorang wanita yang berani menghapuskan budaya pingitan pada masanya. Memang sangatlah sulit menghapuskan budaya yang melekat erat seperti darah yang mengalir pada nadi. Namun melihat keadaan perempuan jaman sekarang, boleh dikatakan miris sekali.
Memang tidak boleh mengambil kesimpulan secara pukul rata kepada semua wanita, namun melihat kondisi perempuan muda masa kini amatlah mengenaskan.
Setelah beratus tahun pendidikan pada perempuan diberikan, nyatanya sekarang perempuan terdidik tak lagi terlihat sebagai perempuan berpendidikan. Apakabar perempuan muda yang kini bangga disebut kimcil? Disebut cabe-cabean? Apakabar perempuan yang seolah begitu tangguh dengan gang-nya? Mereka lupa atau memang seolah menutup mata akan keadaan mereka?
Sekarang ini, hari Kartini hanyalah sebatas kebaya dan konde secara massal. Meriah dengan segala bentuk perayaan. Sekali lagi pembahasan yang tertuju adalah pada moral. Apakah akan tetap seperti ini keadaan wanita masa kini?
Masih ingatkah dengan kematian Kartini ketika melahirkan anak pertamanya di usia yang begitu muda, 25 tahun? Sedangkan saat ini, siapa sangka yang melahirkan anak pertamanya atau bahkan yang menggugurkan anak pertamanya adalah anak usia belasan tanpa surat nikah yang dipegang. Oh, haruskah kita menggali kubur Kartini dan membiarkannya melihat seperti apa keadaan perempuan masa kini setelah dia bersusah payah membangun dunia bebas berpendidikannya?
Kartini memperjuangkan pendidikan bukan untuk kebebasan seorang perempuan. Bukan. Dalam pemikiranku, Kartini lebih cerdas dan berpandangan jauh kedepan tentang langkahnya itu. Kartini hanya ingin perempuan dimasanya tidak dianggap bodoh dan sebatas konco wingking. Hanya itu saja yang diinginkan Kartini. Bukan tentang perempuan yang ingin merasa lebih daripada laki-laki. Bukan tentang perempuan yang bebas bergaul tanpa mengindahkan moral dan etika. Bukan tentang perempuan yang menindas laki-laki, merasa superior ketika melihat laki-laki begitu tunduk dengannya. Bukan.
Sementara sekarang ini yang terjadi, perempuan berpendidikan justru bersikap masa bodoh dan hanya memberikan peluang masa depannya sebagai konco wingking. Kemarilah kawan, coba lihat ke depan. Rangkul setiap perempuan disekitarmu, bimbing bersama untuk mewujudkan mimpi Kartini, mimpi kita bersama. Bukan dengan seperti ini yang seolah menghancurkannya.
Kerjakan apa yang memang menjadi kewajiban kita. Menjadi anak perempuan yang baik bagi ayah kalian. Menjadi perempuan yang baik dalam pergaulan. Menjadi perempuan yang baik dalam berumah tangga.
Berubahlah menjadi wanita tangguh, dimana pendidikan bukan tentang meninggikan pengetahuan kita namun justru merendahkan moral kita. Kita tetaplah wanita yang mengedepankan perasaan. Kita hanya mengantungi ilmu demi anak kita, karena kita adalah garda depan pendidikan anak-anak kita nantinya.
Perkuat lenganmu, karena disana akan banyak orang bersandar. Suamimu yang merasa letih dengan pekerjaannya, anak-anakmu yang meminta rasa kasih sayang, dan juga beragam keluhanmu sendiri yang kalian hadapi setiap hari.
Ingatlah kawan, hari Kartini bukan hanya sebatas konde dan kebaya. Ini masih tentang refleksi moral dan perilaku kita.