Laman

Selasa, 30 Agustus 2011

The Beautiful Trouble Maker


Kembang api dan mercon adalah barang wajib bagi anak-anak di bulan ramadhan, terutama sewaktu malam takbiran. Memang indah sewaktu di nyalakan, menyemarakan sepinya malam dan menambah indah panorama langit kelam. Pancaran cahaya dan dentum suaranya begitu memukau setiap orang yang melihatnya. Rasanya hambar jika selama bulan ramadhan dan malam takbiran tidak diisi dengan khas suara mercon dan nyala kembang api. Sayangnya, si cantik yang begitu mempesona terkadang menjadi si cantik yang berbahaya. Api yang menjilat-jilat di udara, terkadang tak bertempat di tempat yang semestinya. semua tergantung pada si penyala kembang api atau mercon. Dan inilah yang terjadi sewaktu malam takbiran menjelang hari raya idul fitri 1432 H. Gema takbir yang di iringi musik reggae menggaung di setiap penjuru desa yang di lewati. Jama'ah takbir dusun Baran Wetan, Umar bin Khotob masuk ke lapangan Kerdonmiri yang sudah terisi penuh oleh jama'ah dari dusun yang lain. Gema takbir sahut menyahut. dentum suara mercon dan kembang api yang dinyalakan menggetarkan langit kelam yang penuh dengan mendung. Keindahan malam takbir terusik oleh jeritan orang seiring dengan suara dentuman mercon yang menampilkan pijaran dan percikan api. Jama'ah yang bertempat di sebelah barat ramai oleh jeritan dan tangisan. Sungguh sangat memilukan. Malam takbir yang seharusnya diisi dengan teriakan lantang bertakbir, justru penuh dengan tangisan menyayat dan jeritan yang memekakkan telinga. Tak berapa lama kemudian, barisan jama'ah masjid saya terusik oleh percikan api yang bersamaan dengan dentuman suara mercon. Adik-adik kecil menjerit, begitu pula ibu-ibu yang ada di barisan belakang. Kebetulan saya sedang berada di barisan depan. Setelah adik-adik menyingkir dan beberapa remaja menyelamatkan adik-adik yang terkena mercon, saya terkaget-kaget dengan beberapa orang yang tiba-tiba nampak saling dorong di depan mata saya, oncor yang tadinya berdiri tegak di depan saya sudah ditendang dan nyaris terbakar. Saya segera melompat mundur. Takut. Ternyata itu adlah tetangga saya yang tidak terima melihat istrinya yang tengah hamil besar di dorong2 oleh orang yang sibuk mencari penyala mecon pembawa petaka tadi. Sungguh jama'ah kami tidak terima telah dituduh sebagai penyala mercon pembawa petaka. Jama'ah kami berseteru dengan jama'ah lain. Tak berapa lama, keranda yang dijadikan aksesoris jama'ah dusun lain terbakar. Beberpa polisi mendekat untuk mengkondisikan suasana. Jama'ah kami memilih kembali ke masjid bersama jama'ah dusun lain. Masih ada tanya di benak kami, siapa si penyala mercon pembawa petaka? Tega-teganya hingga membuat jama'ah kami tertuduh sebagai tersangka, padahal kami sebernarnya korban? Kembang api yang begitu mempesona, nampak memuakkan dimata saya. Bukan asapnya yang menyesakkan dada, akan tetapai percikan apinya yang menyakiti adik-adik santri di jama'ah takbiran...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar