Sebuah kata yang tak asing lagi di telinga kita. sayangnya, bukan hanya yang sudah 17 tahun ke atas saja yang kerap bergelut dengan kata tersebut, bahkan adek2 yang masih duduk di bangku SD saja sudah paham dan mengerti apa itu pacaran. Sebenarnya, betul nggak sih pacaran. Dari berbagai sumber yang saya dapatkan, ada yang menuturkan bahwa pacaran itu haram, dan ada yang menyanggahnya. Terus, kita sebaiknya ngikut yang mana? Kita sebaiknya mengikuti jalan yang kita fahami. Jika kita memang yakin bahwa pacaran itu haram, karena dalam pacaran akan ada banyak kemungkinan menuju sebuah kemaksiatan dan lebih banyak mudhorot'ny ketimbang baeknya, ya mungkin lebih baik di hindari. Apabila lebih mantap untuk pacaran sebagai gerbang perkenalan menuju pernikahan, it's OK. asalkan masih pada lajur yang benar dan patuh pada norma-norma. Saya pernah berdiskusi dengan senior saya di basecamp bersama sahabat-sahabat saya yang jomblo (kebetulan saat itu saya juga jomblo), jadi serasa di kelas makhluk jomblo yang sedang mengikuti mata kuliah pacaran 5 sks. Senior saya tersebut mengisahkan bahwa dirinya mempunyai banyak cewek dalam satu waktu. Artinya dia adalah playboy sejati. Namun, dari semua ceweknya, tidak ada yg membenci dirinya, karena beliau (hahhaha...), menerapkan sebuah ilmu penting yang tepat diterapkan dalam berpacaran. Beliau bercermin pada rukun Islam. Jika rukun Islam ada : syahadat, sholat, zakat, puasa dan naik haji. Maka dalam berpacaran akan menjadi sperti ini:
- Ikrar. Ikrar yang menyatakan bahwa dirinya tidak hanya mencintai kekasihnya, akan tetapi juga handai taulan beserta seluruh keluarga kekasihnya. Maka seperti apapun keadaan keluarga kekasihnya dan kekasihnya itu sendiri, harus di terima dgn lapang dada.
- Komunikasi. Pertahanan sebuah hubungan adalah komunikasi. jika komunikasi tidak lancar, maka hubungan tersebut akan rapuh. Akan tetapi jika dalam sebuah hubungan terjadi sebuah komunikasi yang aktif dan sehat, Insya allah akan tercipta sebuah hubungan yang erat dan dekat.
- Saling memberi. Rejeki adalah milik bersama. Jika ada salah satu yang kebetulan mendapat rejeki banyak, harus berbagi, dan begitupula sebaliknya. Mulai belajar memberi nafkah lahir, materi, meski tidak harus berlebihan. Adakalanya memberi sedikit surprise atau hadiah meskipun bukan di hari istimewanya, itu akan menjadi sebuah semangat dalam sebuah ikatan.
- Menahan diri. Menahan diri atas segala hawa nafsu yang alami dalam diri kita, alias syahwat.
- Menikah. Jika kita sudah bisa melaksanakan semuanya dan kita sudah bisa memahami dan menerima satu sama lain, maka lebih baik melangsungkan pernikahan untuk menjadikan kekasih kita halal untuk kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar