Jumat, 26 Juli 2013
Puisi dan Kehidupan
"ketika ada jarak membentang di antara kita berdua, mengundang kemelut pihak ketiga... dan kita mulai berseteru... antara aku, kamu, dan rindu yang menggebu..."#JarakSatuJam
Puisi...
Mendengar kata puisi, mindset setiap orang langsung menuju pada kegombalan dari kata-kata yang terangkai. Meski begitu, tak semua puisi yang tercipta selalu merajuk pada satu tema: cinta. Masih banyak tema-tema lain yang dapat dikumandangkan gaungnya lewat rangkain kata bernama puisi.
Puisi tak mungkin musnah selama kita masih mengenal bahasa. Setiap kata yang terangkai dan kita ucapkan adalah sedikit dari sekian puisi yang tercipta.
Puisi itu adalah kehidupan. Kehidupan yang harus kita pilih. Apakah kita akan terkotak-kotakkan oleh aturan yang menyeragamkan tiap baris dan rima yang kita ambil, ataukah kita menciptakan aturan baru yang sebenarnya tak teratur. Tidak termaktub dalam pakem manapun. Tapi mana ada?
Setiap langkah kita mungkin kita fikir adalah sebebas-bebas kita, tapi kita kadang tak menyadari, ada aturan yang sebenarnya membelenggu kemanapun kita pergi. Kita tunduk patuh tapi kita juga bisa saja membangkang. Itu yang kita sebut norma masyarakat.
Sementara puisi, dalam tiap baris dan bait yang terangkai, terkadang kita mengungkapkan seluruh yang ada dalam fikiran dengan liar. Sebebas pemikiran kita berimajinasi. Tapi tetap saja kita terbelenggu, dengan yang namanya makna. Terkadang makna yang ingin kita sampaikan pada pembaca diartikan berbeda. Itu karena bahasa kiasan yang kita pakai memiliki beribu-ribu makna yang tersirat.
Seperti pula kehidupan. Ketika kita ingin melakukan sesuatu hal yang mungkin saja kita anggap baik, tapi masyarakat berpandangan lain. Itulah kehidupan.
Bagaimana kita menikmati puisi, seperti itulah kita harus menikmati kehidupan...
Selamat Hari Puisi Nasional...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar