Laman

Rabu, 09 Oktober 2013

Segores Warna yang Hidup



"dari warna aku bicara tentang cinta

dari warna aku bicara tentang rindu

dan dari warna pula

aku bicara tentang kamu..."



Warna.

Warna itu hidup. Mempunyai nyawa dalam goresannya. Dalam penyebutan warna kita mampu mengartikannya secara luas dan mengglobal. Bahkan dalam dunia seni rupa pun, setiap warna memiliki makna yang berbeda-beda, mempunya representasi yang berlainan, menampilkan emosinya. Misalnya untuk menunjukkan kemarahan kita, kita akan menggunakan warna merah yang dicampur dengan hitam. Sementara untuk menunjukkan kelembutan kita, biasanya kita memilih warna yang lebih kalem seperti pink, peach, oranye, dll.

Tidak hanya permainan emosi semata, tapi juga identitas. Entah itu identitas pribadi secara individual, atau identitas sebuah institusi secara universal. Misalnya dalam masa kampanye, kita memakai baju merah, maka secara tidak langsung orang akan mengira bahwa kita adalah pendukung salah satu partai yang dominan di negeri ini. Atau kita memakai baju oranye di stadion bola, maka publik akan menganggap kita adalah salah satu suporter klub bole dari jakarta.

Mengapa begitu? Mengapa hanya dengan mengunakan satu warna, maka ada banyak hal yang ikut terbawa. Tak jarang ramalan yang beredar mencantumkan penggunaan warna favorit. Itu menunjukkan bahwa warna juga menunjukkan kepribadian kita. Menjadi ciri khas kita.

Warna boleh saja mewakili pribadi ataupun karakter kita. Tapi bukan tidak mungkin itu menjadikan satu konflik yang sebenarnya bukan keinginan kita akan keberadaan konflik tersebut. Penggunaan warna yang tidak selaras dengan mood, bisa saja menjadikan salah tafsir oleh orang lain. Begitu pula dengan pemakaian atribut yang menggunakan warna sebagai identitas. Bisa jadi kita menjadi musuh seseorang yang tidak menyukai salah satu warna yang kita pilih untuk kita pakai.

Tak jarang kita selalu berhati-hati dalam pemilihan warna. Memakai baju yang sesuai dengan tempat yang kita tuju. Misalnya dalam masa kampanye suatu partai yang berwarna kuning, kemudian kita memakai baju berwarna merah, tak jarang ada berpuluh-puluh pasang mata yang melotot pada kita. Masih terasa lumayan apabila hanya mata yang melotot, bukan tidak mungkin ada juga tangan berotot yang mampir di raga kita. Bukan tidak mungkin. Bukan pula selalu.

Partai dan suporter bola adalah sekelompok orang yang sensitif dengan pemilihan warna. Warna bagi mereka adalah simbol sekaligus identitas. Pelanggaran dalam penggunaan warna adalah hal tabu dan sangat dikecam. Ah, buat orang awam yang naif menganggap hal tersebut adalah sebuah kesia-siaan. Padahal bagi mereka, itu adalah hidup dan mati. Entahlah.

Warna juga menunjukkan identitas secara seksual. Penyebutan warna feminim dan warna yang laki-laki banget adalah salah satu contoh pengelompokan warna secara gender. Dimana warna merah jambu adalah warna milik perempuan secara mutlak yang amat sangat terlarang hukumnya jika di pakai oleh kaum laki-laki. Padahal secara tidak langsung, perempuan memiliki hak untuk memakai semua warna, sementara laki-laki harus menghindari beberapa warna yang sering disebut warna feminim. Dalam kasus ini, warna memiliki jenis kelamin.

Sebenarnya masih banyak lagi hal yang bisa diungkap hanya dalam kategori warna. Tapi membicarakan warna sama saja membicarakan hidup. Tidak akan pernah ada habisnya. Sebijak-bijaknya kita memperlakukan warna untuk menunjukkan bahwa kita mempunyai etika dan sebagai makhluk berestetika. 

2 komentar:

  1. jadi kenapa kamu memilih warna ungu?

    saya suka coklat karena sewarna dengan tanah, asal semua manusia.... dan tidak gampang kotor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ungu kata'ny sih identik sama janda, tapi gak cocok juga sih kalo mau pake alesan itu, ada lagi yg bilang kalo warna ungu itu adalah warna yang paling high levelnya dan melambangkan feminis, ya mungkin itu lebih cocok, tapi sebenarnya karena sebuah novel yg judul'ny student hidjo, nah disitu ada karakter yg bernama wungu, inspiratif bgt... lucunya ketiga karakter itu namanya pake warna, hidjo, biru dan wungu.. :)

      Hapus