Laman

Jumat, 04 Oktober 2013

Metamorfosa Abadi


...

aku masih lelah untuk katakan
pergilah
dan cukup aku yang peduli
pada diriku sendiri

...


Kalian sebut ini pelarian pun aku tak peduli. Aku terlalu nyaman dengan sarang hangat yang ku rajut sendiri. Yang kurangkai dari kehangatan yang kumiliki. Dari hangat cinta yang tersisa, dingin rindu yang terasa, perih luka yang menganga dan sejuta kenangan dan cerita. Ah, haruskah ku katakan, bahwa ini bukan sekedar pelarian. Ini adalah awal dari penderitaan, dimana aku harus bergumul dulu dengan segala lukaku, agar tak ada lagi karma yang tersisa di ujung waktu?

Kau kira tinggal di sarang ini terasa nyaman. Memang nyaman sih. Tapi bukan hanya nyaman saja yang terasa, karena kadang, ada duri tajam yang tiba-tiba menusuk, mengganggu ruangku, kembali mencoba menyakiti, mencari celah atas bertumpuk-tumpuknya goresan yang masih membekas.

Disini gelap. Aku bahkan lupa waktu. Apakah ini siang, malam, pagi atau pun sore. Aku tak pernah menyadari. Yang aku tahu, disini hanya hitam pekat yang melingkupi inderaku. Kau kira tempat ini indah. Tak kan kau temui warna-warna dalam pekat ini. Kau hanya menemukan hitam, hitam dan hitam. Bahkan aku yang sedang melukis takdirku pun ragu, warna apa yang ku torehkan di garisku.

Kau peduli? Kau anggap kau peduli dengan mengoyak sarang ini dan mencoba mngangkatku jauh dari sarang yang ku renda? Kau kira aku suka? Harusnya kau tahu, dengan membawaku lari, sama saja kau membunuhku dengan sejuta mimpi yang kau janji. Warna yang coba ku keringkan dengan api dendam yang membara, harus luruh oleh embun pagi yang terlalu dini. Dan aku masih tak suka dengan sinar mentari yang menusuk perih hingga rasanya menghancurkan sendi tulangku. Bahkan angin malam, membekukanku, hatiku, fikiranku, dan aku.

Aku perlu waktu, untuk terus diam dalam jelaga pekat ini. Aku perlu waktu, untuk sekedar menata sayap yang baru saja ku lukis sempurna. Aku perlu waktu untuk mengokohkan sayapku dengan lengan dan kaki yang kuat. Aku ingin ketika aku keluar dari sarangku, aku bisa terbang bebas, bisa mengatakan pada dunia bahwa aku baik-baik saja.

Ya, inilah aku. Dengan sejuta caci yang dulu kau beri. Dengan ribuan dusta yang terpaksa ku terima. Dengan ratusan luka yang coba ku matikan rasa. Apakah aku harus berubah menjadi sesempurna dan seindah ini untuk memaksamu memandangku? Apakah aku yang dulu begitu menjijikan untuk kau sentuh, bahkan untuk kau pandang sekalipun? Apakah dengan ini kau katakan kau peduli? Kau peduli?

Ah, aku akan terbang sendiri. Disana akan ku bangun sarang yang baru lagi. Dimana aku nanti bisa tertidur lelap. Dan mungkin tak akan bangun lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar