Pagi itu, aku masih dalam kegamangan yang luar biasa.
Semalam, usai tadarus surat Ar-Rahman, mimpi tentang beberapa orang, ah tidak,
semua yang pernah menjadi bagian dari kisah cintaku bermunculan satu persatu.
Dan
aku harus menata hati ini agar tetap tenang karena aku sudah berusaha keras
untuk melupakan kisah-kisah itu, setidaknya menenggelamkan kenangan-kenangan
itu.
Usai subuhan, seperti biasanya, aku bertadarus sejenak. Kali
itu aku membaca surat Al-Imran. Entah mengapa, bayang satu orang yang memang
mengambil sebagian besar ruang hati ini mendadak terbayang jelas dalam ingatan.
Masa-masa lalu yang sudah kucoba pendam tiba-tiba menguar begitu saja. Tanpa bisa
aku tahan, air mata itu mulai berjatuhan.
Aku berusaha untuk menenangkan hati dan kembali fokus pada
apa yang tengah ku tadaburi, akan tetapi yang terjadi, air mata itu kian
membanjir, membasahi pipi. Malu, sungguh aku malu pada pemilik surat cinta yang
tengah ku baca. Aku malu pada gusti ALLAH. Bukannya menangis karena mentadaburi
suratnya, aku justru menangisi kenangan yang nyata-nyata hanya menjadi seonggok
kepingan masa lalu.
Setelah berjuang keras untuk tidak menangisi hal itu, aku berhasil menyelesaikan surat tersebut. Usai tadarus, lekas aku ambil Al-Quran terjemahan untuk melihat arti dari surat yang tadi ku baca. Sontak tubuhku lemas seketika membaca arti dari surat tersebut. Arti dari satu ayat yang menjadi lantaran aku menangis.
And those who, when
they commit an immorality or wrong themselves [by transgression], remember
Allah and seek forgiveness for their sins - and who can forgive sins except
Allah ? - and [who] do not persist in what they have done while they know.
(Q.S. Al-Imran : 135)
Malu semakin besar saja. Berulang kali ku lafalkan istighfar
dalam sujudku. Terbayang dalam ingatanku begitu banyak dosa telah bergelimang
dalam hidupku, dan aku masih bisa menangisi orang yang membawaku melupakanNYA?
Rasa-rasanya aku sudah tidak memiliki harga diri dihadapan
penciptaku. Tapi sekali lagi DIA masih memberiku kesempatan untuk mengingatNYA,
mengingat lagi apa yang sudah kulakukan selama ini. Duh Gusti, paringono
gangsar gampang lelampahan urip kulo, mugi kulo biso tansah memuji marang keng
Gusti.
Di bulan yang suci dan penuh rahmat, bulan Ramadhan ini, semoga aku bisa kembali menemukan cahayaku karena cahaya yang sekarang ini mulai redup. Semoga masih ada waktu untuk mengarungi jalan yang benar-benar ada pembenaran dari titahNYA. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar