menikmati sebuah cita rasa
yang asing dan terasa semakin terasing
meski terkadang hangatnya menyeruak
namun dinginnya lekas menghempas begitu saja
Ramennya nggak perlu dijelasin lagi ya, pasti sudah banyak yang tahu kalau ramen itu adalah mie instan khas jepang yang sangat populer. Kalau nonton naruto, pasti akan melihat adegan makan ramen, silahkan hitung sendiri berapa kali ramen muncul disana, disela-selang perang dengan ninja yang gak jelas bentuknya itu.
Jomblo lokal itu hanyalah sebutan untuk kaum korban Long Distance Relationship (LDR). Mengapa?
Ya, karena nasibnya nggak jauh-jauh amat sama yang jomblo. Kemana-mana,
runtang-runtung sama sahabat atau sendirian aja. Selalu stand by pegang handphone, dan
baterry low adalah musuh utama bagi kaum jomblo lokal ini, apalagi kalau nggak
ada sinyal, beuh, rasanya pengen beli sinyal di counter terdekat.
Sengenes-ngenesnya jomblo, masih ngenes jomblo lokal. Kenapa?
Karena nggak bisa tebar pesona sembarangan, apa-apa harus laporan. Belum lagi
kalau ngambek, nggak bisa ngambek sama siapa-siapa, paling mentok ya ngobrol
sama tembok.
Sebenarnya kenapa aku nulis tentang jomblo lokal sama ramen,
karena malam minggu kemarin aku baru saja posting foto di facebook, dimana
posenya saat itu aku sedang makan ramen, dan lagi, aku menuliskan caption yang menunjukkan statusku yang
jomblo lokal itu. Maka habislah aku menjadi bulan-bulanan becandaan
kawan-kawanku.
Mungkin mereka menertawakan kebanggaanku menyebutkan bahwa
aku ini jomblo lokal, tapi aku sudah terbiasa sih dengan keadaan seperti itu. Semacam
bus AKAP aja deh yang antarkota antarprovinsi, seperti itulah hubungan LDR. Yang
nggak AKAP aja berasa LDR, apalagi yang AKAP.
Kalau diulas dari awal pacaran, memang aku selalu menyandang
predikat jomblo lokal. Yang pertama orang Ngawi Jawa Timur, yang kedua orang
Jepara Jawa Tengah (tapi kebetulan masih satu kampus, tetep aja jarang ketemu
juga), yang ketiga orang Semanu Gunungkidul (ini juga intensitas ketemunya
jarang), yang keempat orang Semin Gunungkidul (yang ini baru seminggu jadian
sudah ditinggal ke kalimantan), yang terakhir orang Demak Jawa Tengah (dan dia
sedang pulang kampung).
Sebenarnya, aku tidak pernah masalah dengan sistem pacaran
yang LDR itu, hanya saja terkadang ada beberapa hal yang tidak menunjukkan
sebuah kejelasan, seakan digantung tanpa alasan. Jadi, setiap kali ada yang
tanya, “masih pacaran sama dia Des?”, aku nggak tahu harus jawab apa, apalagi
pas masa-masa galau nggak jelas, karena kalau aku jawab nggak, ternyata masih, kalau
aku jawab iya, ternyata udah nggak. Keadaan tersebut hampir sama sewaktu PDKT,
pertanyaan “punya pacar Des?” akan berakhir dengan kediamanku untuk berfikir,
kalau aku jawab udah, ternyata belum, kalau aku jawab enggak, ternyata udah. Serba
salah.
Sebenarnya apa sih tujuannya nulis ini? Pasti ada yang tanya
begitu sambil siap-siap lembar sendal. Nggak ada tujuannya sih, hanya saja lucu
dengan pem-bully-an dari kawan-kawan
dengan tema jomblo lokal dan ramen itu. Aku cuma tertawa saja, menertawakan
diriku sendiri bersama kawan-kawan yang lain.
Ah, ternyata galau itu memang belum berakhir. Masih terus
berlanjut sebelum ada kejelasan yang pasti. Dan cukuplah mie ramen ini yang
menenangkanku. Hangat dan aromanya cukup membuatku merasa nyaman.
Lain kali, aku akan datang lagi, menyambangi kedai ramen dan
menggauli semangkuk ramen untuk menuntaskan hasratku bercumbu dengan mie ramen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar