Hari ini, Senin pagi (25/8), aku sudah harus bangun pagi-pagi untuk menuju bandara Adi Sucipto. Bukan untuk pergi kemana-mana, aku hanya datang kesana untuk bimbingan. Karena tidak ada motor, dan tidak ada boncengan, terpaksa meminta kakakku untuk mengantarkan kesana sebelum dia berangkat kerja.
Menunggu disana bersama keempat temanku yang lainnya, ternyata dosen pembimbingku hanya menyerahkan revisianku dan menandatangani buku bimbinganku, fix aku sudah bisa mendaftar ujian pendadaran.
Sepulang dari bandara, aku beburu menuju kampus untuk menemui dosen pembimbingku yang pertama, meminta kepastian untuk ujian. Dan berhasil, ingin teriak-teriak saking bahagianya. Baru saja aku keluar dari ruang dosen, salah satu anggota BDSM X PSS 1976 sudah siap menjemputku menuju gunungkidul.
Ya, hari ini PSS bakal main di gunungkidul, tepatnya di lapangan Triwanasakti, Semanu melawan Rajawali FC. Sesampainya di basecamp mereka, aku duduk sembari menanti kawan-kawan berkumpul. Aku – pendatang baru – hanya memandangi kesibukan mereka. Ada yang baru saja datang dari lapangan seusai memasang banner, ada yang sibuk mempersiapkan Giant Flag, ada yang sibuk menyambut tamu, dan aku hanya memandangi kesibukan mereka.
Siangnya, aku diajak untuk melakukan penjemputan Sleman Fans di gerbang selamat datang wonosari. Panas terik ternyata tak menyurutkan semangat kami, semangat mereka. Banyak juga yang datang, meski kata temanku, tidak sebanyak tahun kemarin. Sementara, tahun kemarin aku belum kenalan dengan PSS.
Kemudian kami bersama-sama menuju lapangan Triwanasakti. Disana bukan hanya bertemu dengan kawan-kawan lama ataupun sekomunitas, tapi seakan kopi darat juga dengan Sleman Fans yang sering mention-mentionan di twitter.
Bus yang mengangkut punggawa PSS sudah datang disambut sorak sorai dari Sleman Fans. Sementara pemain Rajawali FC juga mulai berdatangan setelahnya menggunakan sepeda motor masing-masing.
Oh iya, aku baru ingat kalau di Rajawali FC ada salah satu kakak kelasku dari SD sampai STM. Aku pernah naksir dia sebelum pada akhirnya dia marah padaku. Ketika melihat dia, aku jadi tertawa sendiri mengingat masa sekolah dulu.
Ketika peluit pertama berbunyi, dan suporter sudah memenuhi tepi lapangan, permainan dimulai. Duh, Gratheo dimainkan di babak pertama, manisnya. Permainan berlangsung datar saja, meski tak sedatar tanah lapangan yang sebenarnya retak-retak karena musim kemarau telah tiba. Tidak ada chant, suasana terasa hampa. Begitu memasuki perpanjangan waktu, kami mulai bernyanyi, aku berpindah dari dekat penjaga gawang ke dekat kumpulan teman-teman yang ada di samping tiang bendera.
Memasuki turun minum, kami sesekali bernyanyi, dan ketika babak kedua dimulai, kami bernyanyi Padamu Sleman, dan tak berapa lama Anang Hadi, Guy Junior dan Waluyo dimainkan. Mereka semakin bersemangat, permainan sang kapten pun terbilang luwes. Dan gol pertama dilesakkan, menyusul gol kedua.
Hingga selesai pertandingan, skor masih 2-0. Dan bomb smoke pun dinyalakan. Ketika itu temanku mengajakku foto bareng dengan punggawa Sleman. Tentu saja aku memilih foto dengan Gratheo, meski harus menunggu dia debat dulu dengan seseorang yang meminta kaosnya, aku akhirnya bisa foto bareng Gratheo. Senangnya.
Usai dari sana, kami mengawal Sleman Fans pulang. Menutup jalan untuk melancarkan perjalanan mereka. Dan musibah kecil terjadi, aki motor temanku tekor. Waduh, gimana pulangnya nanti? Sembari berfikir sambil makan di kedua rumah anggota BDSM X PSS 1976 yang sedang rasulan, kami mulai membicarakan banyak hal. Mereka semua ternyata seru-seru juga.
Tepat pukul sepuluh, kami kembali ke basecamp dan mulai meributkan caraku untuk pulang, terpaksa salah satu temanku mengantarku turun dan yang akinya tekor masih di atas. Perjalanan wonosari jogja yang biasanya satu jam pun entah hanya berapa menit kami tempuh. Mau bagaimana lagi, aku harus mengejar pintu gerbang sebelum benar-benar terkunci.
Tepat jam sebelas kurang seperempat aku sudah sampai, dan mereka juga masih sempat untuk menanyakan keadaanku. Terimakasih kawan, hari ini begitu menyenangkan.
Minggu, 31 Agustus 2014
Hadapi dengan Senyuman
Pertandingan dengan gengsi tinggi berakhir dengan skor sama 2-2 dan kedua klub mendapat point sama 1-1. Derby yogya memang cukup memanas ketika memasuki babak kedua, lepas dari pertandinganpun suasana masih terasa panas.
Beberapa titik dikabarkan bentrok, bahkan dua unit usaha milik Brigata Curva Sud (BCS) pun tak lepas dari sasaran amuk. Entah siapa pelakunya, yang diketahui adalah Curva Sud Shop (CSS) cabang Cebongan dan Tlagareja rusak. Bahkan CSS Tlagareja rusak parah, etalase hancur dan beberapa merchandise raib.
Dari sana mataku semakin terbuka lebar, mana suporter dewasa, mana suporter sok dewasa. Entah kenapa rasanya sakit luar biasa mendengar kabar itu. Panas hati ini mungkin sama dengan panas badanku. Tapi kami semua harus menghadapi ini dengan senyuman.
Semoga saja semua dapat kembali seperti semula dan yang menghancurkan kedua CSS tersebut mulai menyadari bahwa semangat kami tak kan mudah padam, seberapapun usaha mereka menghancurkan milik kami, yang kami lakukan adalah mandiri menghidupi apa yang menjadi kesayangan kami.
Beberapa titik dikabarkan bentrok, bahkan dua unit usaha milik Brigata Curva Sud (BCS) pun tak lepas dari sasaran amuk. Entah siapa pelakunya, yang diketahui adalah Curva Sud Shop (CSS) cabang Cebongan dan Tlagareja rusak. Bahkan CSS Tlagareja rusak parah, etalase hancur dan beberapa merchandise raib.
Dari sana mataku semakin terbuka lebar, mana suporter dewasa, mana suporter sok dewasa. Entah kenapa rasanya sakit luar biasa mendengar kabar itu. Panas hati ini mungkin sama dengan panas badanku. Tapi kami semua harus menghadapi ini dengan senyuman.
Semoga saja semua dapat kembali seperti semula dan yang menghancurkan kedua CSS tersebut mulai menyadari bahwa semangat kami tak kan mudah padam, seberapapun usaha mereka menghancurkan milik kami, yang kami lakukan adalah mandiri menghidupi apa yang menjadi kesayangan kami.
Soccer With(out) Supporter
Semalam panas tinggi menyerang, ku kira aku salah makan, padahal sepagi tadi aku sama sekali tidak makan bayam, hanya oseng-oseng sawi. Apakah sekarang aku juga tidak boleh makan sawi? Panas di badan semakin tinggi hingga menjelang tengah malam, dan tidak ada tanda-tanda suhu akan menurun. Hingga pagi menjelang (19/8), badan masih panas dan sedikit oleng untuk berjalan. Tapi tetap saja harus kupaksakan beranjak dari tempat tidur karena hari ini harus ke Universitas Sanata Dharma untuk bimbingan.
Beruntunglah hari ini semua berjalan lancar meski kemarin sore sudah dimarah-marah oleh dosen pebimbing karena aku lupa melampirkan daftar pustaka. Tapi tetap saja, dalam hati merasa was-was karena aku harus mengejar ujian pendadaran akhir bulan ini.
Belum lagi nanti sore PSS berlaga dan tandang ke Mandala Krida. Duh, tadi pagi ketika aku melintas, stadion itu sudah sedemikian terbukanya setelah digempur. Akan seperti apa nanti ketika dipakai bertanding.
Sampai di kost, salah satu sahabatku datang sembari menangis karena ada beberapa hal akademik yang membuatnya gundah gulana. Usai sahabatku curhat, salah satu temanku bimbingan tadi pagi datang ke kost untuk meminta bantuan membetulkan grammar yang sedikit amburadul.
Tepat ketika kick off PSS vs PSIM, aku berangkat ke angkringan bersama temanku tersebut, sementara sahabatku sudah pulang karena sudah dipanggil orangtuanya. Di angkringan aku terus memantau skor pertandingan.
Babak pertama PSS masih unggul, namun menit terakhir ada balasan. Ah, selalu begitu. Dan ketika babak kedua dimulai, keadaan menjadi berimbang, skor 2-2. Ada apa dengan babak kedua, selalu saja muncul misteri yang aneh-aneh, selalu saja keadaan tak sekuat babak pertama. Come on super elja, buktikan kalian tidak hanya bermental kandang. Memang diakui kalau keadaan di stadion cukup panas, mungkin sama panasnya dengan suhu badanku. Bahkan suporter PSIM mulai memadati tepi lapangan, ah apakah itu diperbolehkan untuk mereka lakukan di pertandingan tanpa penonton.
Namun hingga peluit panjang berbunyi, keadaan masih sama, 2-2. Itu berarti poin PSS bertambah satu. Mereka sudah memastikan untuk masuk ke 16 besar. Entah itu juara atau runner-up. Alhamdulillah. Meski ada sedikit kekecewaan, tapi tidak mengurangi rasa bangga dalam hati ini. Selamat untuk PSS, semoga nanti bisa melanjutkan perjalananmu menjadi juara.
Beruntunglah hari ini semua berjalan lancar meski kemarin sore sudah dimarah-marah oleh dosen pebimbing karena aku lupa melampirkan daftar pustaka. Tapi tetap saja, dalam hati merasa was-was karena aku harus mengejar ujian pendadaran akhir bulan ini.
Belum lagi nanti sore PSS berlaga dan tandang ke Mandala Krida. Duh, tadi pagi ketika aku melintas, stadion itu sudah sedemikian terbukanya setelah digempur. Akan seperti apa nanti ketika dipakai bertanding.
Sampai di kost, salah satu sahabatku datang sembari menangis karena ada beberapa hal akademik yang membuatnya gundah gulana. Usai sahabatku curhat, salah satu temanku bimbingan tadi pagi datang ke kost untuk meminta bantuan membetulkan grammar yang sedikit amburadul.
Tepat ketika kick off PSS vs PSIM, aku berangkat ke angkringan bersama temanku tersebut, sementara sahabatku sudah pulang karena sudah dipanggil orangtuanya. Di angkringan aku terus memantau skor pertandingan.
Babak pertama PSS masih unggul, namun menit terakhir ada balasan. Ah, selalu begitu. Dan ketika babak kedua dimulai, keadaan menjadi berimbang, skor 2-2. Ada apa dengan babak kedua, selalu saja muncul misteri yang aneh-aneh, selalu saja keadaan tak sekuat babak pertama. Come on super elja, buktikan kalian tidak hanya bermental kandang. Memang diakui kalau keadaan di stadion cukup panas, mungkin sama panasnya dengan suhu badanku. Bahkan suporter PSIM mulai memadati tepi lapangan, ah apakah itu diperbolehkan untuk mereka lakukan di pertandingan tanpa penonton.
Namun hingga peluit panjang berbunyi, keadaan masih sama, 2-2. Itu berarti poin PSS bertambah satu. Mereka sudah memastikan untuk masuk ke 16 besar. Entah itu juara atau runner-up. Alhamdulillah. Meski ada sedikit kekecewaan, tapi tidak mengurangi rasa bangga dalam hati ini. Selamat untuk PSS, semoga nanti bisa melanjutkan perjalananmu menjadi juara.
Selasa, 19 Agustus 2014
Melanjutkan Selebrasi Kemenangan
Sepagi ini sudah ada dikampus lagi, janjian dengan dosen. Hanya
untuk menyerahkan revisian. Dan semua berjalan lancar seperti hari sebelumnya. Duh,
ini berarti PSS Sleman siap menang malam ini. Ya, malam ini (15/8) mereka
bertanding lagi dengan Madiun Putra FC. Well, kalian harus menang, karena aku
disini juga baru saja melancarkan urusanku.
Tidak seperti biasanya memang, pasukan yang berangkat hanya
tiga orang, yang lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jam lima
usai merampungkan agenda nyuci, aku dijemput menuju markas. Kemudian kami
berangkat setelah adzan maghrib berkumandang.
Kali ini hanya aku, Mbak Yanti dan Ayah. Mas Harowi, masnya
Ayah sudah berangkat duluan dan entah ada disebelah mana. Walhasil kami mencari
tempat yang dekat dengan pagar pintu masuk dan masih tetap disebelah barat. Tujuannya
adalah menjaga kami yang perempuan, karena cowoknya cuma satu, jadi aku mepet
ke pagar, tanpa perlu penjagaan. Karena tubuhku kecil, sementara orang yang ada
didepanku tinggi besar, manjat pagar lagi, aku terpaksa ikut manjat pagar demi
bisa melihat jauh ke tengah lapangan.
Ini kali kedua aku manjat-manjat pagar, sebelumnya malah
lebih parah karena waktu itu hujan deras, sementara malam ini langit cukup
cerah. Baru saja kami sampai sudah dibagikan kertas untuk koreo. Kertas merah
putih hitam, berarti koreo nanti temanya kemerdekaan meski tak akan jauh-jauh
dari dukungan untuk PSS Sleman.
Kali ini permainan sudah menghangat ketika dimulai. Dua gol
dilesakkan ketika babak pertama. Sementara ketika turun minum, ‘falcao’
nampaknya dicuekin oleh para pemain lawan. Duh, sini falcao, aku pukpukin. Suara
mercon pun menggetarkan tribun, seakan rudal Israel nyasar ke Maguwoharjo. Ngagetin.
Ketika laga kedua dimulai, aku cukup gemes dengan mas kiper, Herman Batak, yang
beberapa kali menggoda pemain lawan dengan mempermainkan bola.
Dan kemudian satu gol balasan. Haduh. Beberapa air minum
mineral gelasan nampak menghujani seorang pemain lawan yang baru saja merayakan
golnya. Pengen rasanya mukul orang-orang yang ngelemparin air itu, mereka nggak
tahu apa diluar sana banyak orang yang susah dapet air minum, itu malah
dilempar-lempar.
Permainan kembali memanas ketika Moeniaga masuk, dan
kedudukan akhir menjadi 4-1. Belum juga peluit panjang dibunyikan, flare, bomb
smoke dan kembang api dinyalakan bersama-sama. Kali ini tidak seperti kemarin,
lebih meriah, bahkan abu bekas kembang api, mercon atau apapun itu lah
mengguyur kepalaku, seakan mengulang tragedi hujan abu kelud.
Elang Jawa Kepakkan Sayapnya
Selasa (12/8), hari ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu. Bukan
hanya karena ada janji dengan dosen untuk bimbingan, akan tetapi karena PSS
akan bertanding dengan Perseman Manokwari. Hari sebelumnya aku masih di atas
gunung, melepas kerinduan dengan orangtua, beruntung ada sms dari temanku yang
mengabarkan bahwa hari ini akan bimbingan, sehingga punya alasan untuk turun ke
Jogja.
Pagi hari, sudah duduk manis di perpustakan Universitas
Sanata Dharma, menunggu dosen dengan setia. Semua berjalan lancar, memang tidak
seperti biasanya yang lebih sering ditolak duluan sebelum mengumpulkan tumpukan
kertas bernama skripsi itu.
Ini adalah firasat baik untuk malam nanti. Biasanya kalau
bimbinganku lancar seperti ini, PSS bakal menang besar. Meski sebelum berangkat
ke stadiun harus meeting dulu dengan salah satu temanku. Kebetulan kami sedang
ada proyek untuk membuat komik, jadi sambil bersantai di salah satu foodcourt
Malioboro, kami berdiskusi sambil bercanda bersama.
Sepulangnya dari meeting, kami langsung berangkat ke rumah
salah satu temanku yang seolah sudah menjadi markas kami. Disana sambil
menunggu salah satu anggota pasukan lagi, kami siap berangkat.
Sesampainya disana, dan laga sudah siap dimulai. Tidak seperti
biasanya, tidak ada ladies yang menyodorkan kardus tempat sumbangan koreo. Nihil.
Tidak ada celoteh dan teriakan mereka, rasanya ada yang kosong, ada yang
kurang. Hampa.
Masih ditempat yang
sama, tribun selatan bagian barat dekat sudut patahan. Memang teriakan-teriakan
yang kami lantangkan tak sekeras di bagian tengah, tapi tetap saja tak menyurutkan
semangat ini untuk ngechant, untuk mendukung PSS Sleman.
Permainan awal masih terlihat kaku dan belum ada tanda-tanda
kemenangan. Jujur dalam hati geregetan, bagaimana tidak, suasana ditengah tak
sepanas belakang tribun. Begitu gol pembuka dilesakkan, sontak seluruh tribun
bergemuruh, kemudian permainan mereka berubah. Menjadi begitu memikat. Kami semua
menikmati.
Tetap saja di waktu turun minum, ‘falcao’ masih sibuk
bermain-main dengan para pemain cadangan tim lawan. Kali ini kami semakin dibuat
tertawa tergelak-gelak oleh kekocakkannya. Babak kedua dimulai, dan Elang Jawa
makin ganas saja. Meski sempat kebobolan satu gol, tak apa, untuk bekal mereka
pulang nanti.
Langganan:
Postingan (Atom)