Sepagi ini sudah ada dikampus lagi, janjian dengan dosen. Hanya
untuk menyerahkan revisian. Dan semua berjalan lancar seperti hari sebelumnya. Duh,
ini berarti PSS Sleman siap menang malam ini. Ya, malam ini (15/8) mereka
bertanding lagi dengan Madiun Putra FC. Well, kalian harus menang, karena aku
disini juga baru saja melancarkan urusanku.
Tidak seperti biasanya memang, pasukan yang berangkat hanya
tiga orang, yang lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jam lima
usai merampungkan agenda nyuci, aku dijemput menuju markas. Kemudian kami
berangkat setelah adzan maghrib berkumandang.
Kali ini hanya aku, Mbak Yanti dan Ayah. Mas Harowi, masnya
Ayah sudah berangkat duluan dan entah ada disebelah mana. Walhasil kami mencari
tempat yang dekat dengan pagar pintu masuk dan masih tetap disebelah barat. Tujuannya
adalah menjaga kami yang perempuan, karena cowoknya cuma satu, jadi aku mepet
ke pagar, tanpa perlu penjagaan. Karena tubuhku kecil, sementara orang yang ada
didepanku tinggi besar, manjat pagar lagi, aku terpaksa ikut manjat pagar demi
bisa melihat jauh ke tengah lapangan.
Ini kali kedua aku manjat-manjat pagar, sebelumnya malah
lebih parah karena waktu itu hujan deras, sementara malam ini langit cukup
cerah. Baru saja kami sampai sudah dibagikan kertas untuk koreo. Kertas merah
putih hitam, berarti koreo nanti temanya kemerdekaan meski tak akan jauh-jauh
dari dukungan untuk PSS Sleman.
Kali ini permainan sudah menghangat ketika dimulai. Dua gol
dilesakkan ketika babak pertama. Sementara ketika turun minum, ‘falcao’
nampaknya dicuekin oleh para pemain lawan. Duh, sini falcao, aku pukpukin. Suara
mercon pun menggetarkan tribun, seakan rudal Israel nyasar ke Maguwoharjo. Ngagetin.
Ketika laga kedua dimulai, aku cukup gemes dengan mas kiper, Herman Batak, yang
beberapa kali menggoda pemain lawan dengan mempermainkan bola.
Dan kemudian satu gol balasan. Haduh. Beberapa air minum
mineral gelasan nampak menghujani seorang pemain lawan yang baru saja merayakan
golnya. Pengen rasanya mukul orang-orang yang ngelemparin air itu, mereka nggak
tahu apa diluar sana banyak orang yang susah dapet air minum, itu malah
dilempar-lempar.
Permainan kembali memanas ketika Moeniaga masuk, dan
kedudukan akhir menjadi 4-1. Belum juga peluit panjang dibunyikan, flare, bomb
smoke dan kembang api dinyalakan bersama-sama. Kali ini tidak seperti kemarin,
lebih meriah, bahkan abu bekas kembang api, mercon atau apapun itu lah
mengguyur kepalaku, seakan mengulang tragedi hujan abu kelud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar