Senin (1/9) merupakan hari penting yang
harusnya menjadi penghujung studiku. Dan entah mengapa mungkin harus ku tunda
arti kata penghujung tersebut, karena memang belum pada titik ujung ku temui
akhirnya. Hari ini merupakan jadwalku ujian sidang, akan tetapi salah satu
dosen pembimbingku justru tidak dapat hadir.
Pagi harinya, setelah susah payah memaksakan
diri untuk mau belajar, dan tetap saja tidak bisa belajar, aku berangkat ke
kampus. Disana sudah ada mbak Narni, sementara Esti belum nampak batang hidungnya.
Seharusnya Rini juga sudah ikut ujian, akan tetapi karena terkendala nilai mata
kuliah pra syaratnya belum memenuhi syarat lulus, maka dia terpaksa melakukan
ujian perbaikan terlebih dahulu.
Jam sembilan tepat mbak Narni masuk ke ruang
ujian, sementara aku dan Esti menunggu diluar dengan perasaan risau. Satu jam
berlalu, mbak Narni pun keluar dari ruang ujian, itu berarti tak berapa lama
lagi giliran Esti. Ketika Esti masuk ruang ujian, giliranku yang galau luar
biasa di luar ruangan. Lebih cepat dari mbak Narni, Esti keluar sekitar tiga
puluh menit kemudian. Aku buru-buru mencari dosen pembimbingku untuk mengujiku.
Giliranku masuk, jantungku langsung saja
bereaksi, berdetak lebih kencang dari biasanya, dan keringat dingin pun
mengucur. Lancarkanlah Tuhan, batinku. Mulai dari presentasi dan beberapa
pertanyaan pun ku jawab dengan gugup. Beruntung beberapa kali dosen
pembimbingku membantuku melakukan pembelaan. Aku merasakan sedikit lega.
Ketika keluar dari ruangan, tepat ketika pintu
baru saja dibuka, aku melihat mereka. Melihat kawan-kawanku sudah duduk rapi di
depan ruangan menungguku, perasaan yang masih gugup, bingung dan kalut
bercampur jadi satu. “Des, mukamu pucet banget,” celetuk salah satu temanku.
Aku masih linglung.
Tak berapa lama suasana cair dan aku kembali
dalam kesadaranku. Akan tetapi sedikit kekalutan muncul di benakku, sebelumnya
mbak Narni dan Esti tak lama dipanggil untuk mengambil berkas skripsi yang
sudah dikoreksi,sementara ketika giliranku memakan waktu cukup lama. Aku galau.
Tapi kemudian aku kembali mengucap syukur,
ketiga dosen pengujiku memberikan selamat padaku, semoga nanti dosen
pembimbingku yang belum hadir juga melakukan hal yang sama padaku. Memberikan
selamat sebagai penanda kelulusanku. Semoga. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar