Laman

Jumat, 05 September 2014

Tergantung di Penghujung

 Senin (1/9) merupakan hari penting yang harusnya menjadi penghujung studiku. Dan entah mengapa mungkin harus ku tunda arti kata penghujung tersebut, karena memang belum pada titik ujung ku temui akhirnya. Hari ini merupakan jadwalku ujian sidang, akan tetapi salah satu dosen pembimbingku justru tidak dapat hadir.

Pagi harinya, setelah susah payah memaksakan diri untuk mau belajar, dan tetap saja tidak bisa belajar, aku berangkat ke kampus. Disana sudah ada mbak Narni, sementara Esti belum nampak batang hidungnya. Seharusnya Rini juga sudah ikut ujian, akan tetapi karena terkendala nilai mata kuliah pra syaratnya belum memenuhi syarat lulus, maka dia terpaksa melakukan ujian perbaikan terlebih dahulu.

Jam sembilan tepat mbak Narni masuk ke ruang ujian, sementara aku dan Esti menunggu diluar dengan perasaan risau. Satu jam berlalu, mbak Narni pun keluar dari ruang ujian, itu berarti tak berapa lama lagi giliran Esti. Ketika Esti masuk ruang ujian, giliranku yang galau luar biasa di luar ruangan. Lebih cepat dari mbak Narni, Esti keluar sekitar tiga puluh menit kemudian. Aku buru-buru mencari dosen pembimbingku untuk mengujiku.

Giliranku masuk, jantungku langsung saja bereaksi, berdetak lebih kencang dari biasanya, dan keringat dingin pun mengucur. Lancarkanlah Tuhan, batinku. Mulai dari presentasi dan beberapa pertanyaan pun ku jawab dengan gugup. Beruntung beberapa kali dosen pembimbingku membantuku melakukan pembelaan. Aku merasakan sedikit lega.

Ketika keluar dari ruangan, tepat ketika pintu baru saja dibuka, aku melihat mereka. Melihat kawan-kawanku sudah duduk rapi di depan ruangan menungguku, perasaan yang masih gugup, bingung dan kalut bercampur jadi satu. “Des, mukamu pucet banget,” celetuk salah satu temanku. Aku masih linglung.

Tak berapa lama suasana cair dan aku kembali dalam kesadaranku. Akan tetapi sedikit kekalutan muncul di benakku, sebelumnya mbak Narni dan Esti tak lama dipanggil untuk mengambil berkas skripsi yang sudah dikoreksi,sementara ketika giliranku memakan waktu cukup lama. Aku galau.


Tapi kemudian aku kembali mengucap syukur, ketiga dosen pengujiku memberikan selamat padaku, semoga nanti dosen pembimbingku yang belum hadir juga melakukan hal yang sama padaku. Memberikan selamat sebagai penanda kelulusanku. Semoga. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar