//
take me home,
take me home,
to the place where I belong
//
Awaydays.
Sebuah perjalanan mengawal para pejuang. Belum sekalipun
aku merasakan. Mendengar kisah yang terkadang cukup mengerikan, diselingi
dengan canda tentang cerita di belakang layar. Ingin sekali ikut bertandang. Hanya
saja, sekian alasan rasanya tak cukup untuk menutup sebuah kekhawatiran yang
sering muncul. Hanya untuk sekedar silaturahmi ke rumah teman yang beda
provinsi saja sudah cukup merepotkan, apalagi ini yang katanya “hanya” memberi
dukungan.
Keluargaku adalah keluarga yang cukup simple dan tak mau
terlibat dengan hal-hal yang rumit. Dan aku, adalah salah satu anggota keluarga
yang cukup sering memberikan “kejutan-kejutan kecil” untuk mereka. Entahlah,
mungkin jiwa pemberontakan dari gadis penurut dan pendiam ini sudah mulai muncul
dengan leluasanya.
Dan kembali mengingat hari itu, hari dimana kata mereka kita
menolak lupa. Hari Jumat (14/3). Hari Jumat itu hari yang penuh berkah, kenapa
kabar hari itu penuh dengan serapah? Ah, katanya selalu begitu setiap kali
tandang.
Aku yang hanya bisa mengawal lewat handphone, melewatkan
dentingan waktu dengan tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur karena demam
tinggi, cukup merinding mendengar kabar itu. Salah satu official super elja pun
cukup giat untuk mengunggah sejumlah foto yang menampilkan suasana di stadion
wijaya kusuma. Ngeri dan sekali lagi kata ngeri muncul. Terbayang sudah
seandainya aku ada diantara mereka. Aish, buang-buang perasaan pengecut ini. Sejak
kapan aku takut seperti ini?
Sumpah serapah dan ribuan caci mulai muncul membanjiri lini
masa jejaring sosial. Sejumlah kronologi pun muncul membuat bingung pembaca. Tarik
ulur peristiwa tak membuat hati yang kalut menjadi reda, justru semakin kalut,
kalut dan kalut saja.
Suasana disana semakin suram saja, tak ubahnya dengan
keadaanku waktu itu. Suram dan kelam. Panik mereka, kesal mereka, marah mereka,
benci mereka, lelah mereka, sakit mereka, hanya mampu ku rasa lewat rangkaian
kata-kata. Apa kabar kalian saudaraku di negeri tetangga?
Hamburan kaca dan semburan gas airmata, sudah cukup
menggambarkan sepedih apa keadaan kalian, pun begitu dengan perasaan kalian. Tapi
mungkin seperti itu lah resiko. Resiko yang siap disambut disetiap kali debut. Dan
disini kami juga menanti kabar sekaligus kalian yang mulai melenggang pulang
untuk kembali.
Belum lagi perih itu terobati, kerusakan itu harus diganti
dengan sejumlah biaya yang cukup tinggi. Wow sekali.
Saat itu aku sendiri tak bisa membayangkan, sejumlah
kerugian yang kalian dapatkan harus ditimbali dengan kerugian yang lain. Kami semua
menyingsingkan lengan untuk memberi sedikit bantuan. Duh Gusti, terimakasih
kami tetap kau lindungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar