Laman

Minggu, 23 Maret 2014

Great (Away) Days






//
take me home,
take me home,
to the place where I belong
//



Awaydays.

Sebuah perjalanan mengawal para pejuang. Belum sekalipun aku merasakan. Mendengar kisah yang terkadang cukup mengerikan, diselingi dengan canda tentang cerita di belakang layar. Ingin sekali ikut bertandang. Hanya saja, sekian alasan rasanya tak cukup untuk menutup sebuah kekhawatiran yang sering muncul. Hanya untuk sekedar silaturahmi ke rumah teman yang beda provinsi saja sudah cukup merepotkan, apalagi ini yang katanya “hanya” memberi dukungan.

Keluargaku adalah keluarga yang cukup simple dan tak mau terlibat dengan hal-hal yang rumit. Dan aku, adalah salah satu anggota keluarga yang cukup sering memberikan “kejutan-kejutan kecil” untuk mereka. Entahlah, mungkin jiwa pemberontakan dari gadis penurut dan pendiam ini sudah mulai muncul dengan leluasanya.

Dan kembali mengingat hari itu, hari dimana kata mereka kita menolak lupa. Hari Jumat (14/3). Hari Jumat itu hari yang penuh berkah, kenapa kabar hari itu penuh dengan serapah? Ah, katanya selalu begitu setiap kali tandang.

Aku yang hanya bisa mengawal lewat handphone, melewatkan dentingan waktu dengan tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur karena demam tinggi, cukup merinding mendengar kabar itu. Salah satu official super elja pun cukup giat untuk mengunggah sejumlah foto yang menampilkan suasana di stadion wijaya kusuma. Ngeri dan sekali lagi kata ngeri muncul. Terbayang sudah seandainya aku ada diantara mereka. Aish, buang-buang perasaan pengecut ini. Sejak kapan aku takut seperti ini?

Sumpah serapah dan ribuan caci mulai muncul membanjiri lini masa jejaring sosial. Sejumlah kronologi pun muncul membuat bingung pembaca. Tarik ulur peristiwa tak membuat hati yang kalut menjadi reda, justru semakin kalut, kalut dan kalut saja.

Suasana disana semakin suram saja, tak ubahnya dengan keadaanku waktu itu. Suram dan kelam. Panik mereka, kesal mereka, marah mereka, benci mereka, lelah mereka, sakit mereka, hanya mampu ku rasa lewat rangkaian kata-kata. Apa kabar kalian saudaraku di negeri tetangga?

Hamburan kaca dan semburan gas airmata, sudah cukup menggambarkan sepedih apa keadaan kalian, pun begitu dengan perasaan kalian. Tapi mungkin seperti itu lah resiko. Resiko yang siap disambut disetiap kali debut. Dan disini kami juga menanti kabar sekaligus kalian yang mulai melenggang pulang untuk kembali.

Belum lagi perih itu terobati, kerusakan itu harus diganti dengan sejumlah biaya yang cukup tinggi. Wow sekali.

Saat itu aku sendiri tak bisa membayangkan, sejumlah kerugian yang kalian dapatkan harus ditimbali dengan kerugian yang lain. Kami semua menyingsingkan lengan untuk memberi sedikit bantuan. Duh Gusti, terimakasih kami tetap kau lindungi.

Dan kalian tahu, dengan segala cerita itu, suatu kali, jika ijin itu ku kantongi, aku ingin mencicipi nikmatnya bertandang ke kandang lawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar