yo ayo,
ayo Indonesia
ku yakin,
kita harus menang
Malam tadi, keindahan lain yang kurasa. Bukan untuk super elang jawa memang, tapi setidaknya darah negeri masih mengalir di raga ini.
Awal yang penuh ambigu dan dilema, karena dukungan ini tak
mengerti harus pada siapa dibagi. Keputusan pertama tak ada kewajiban untuk
datang menyaksikan di tempat biasa didendangkannya chants. Keputusan berikutnya,
kewajiban itu berlaku dan siapapun harus berseru.
Tapi semua terbentur dengan tiket dan waktu yang
terburu-buru. Hingga akhirnya ketika aku dan teman-temanku sudah merapat,
suasana nampak lengang lalu. Ah, mungkin tak kan seseru sebelumnya. Tapi, aku
datang untuk bernyanyi, memberikan dukungan pada tim dari negeri ini.
Ketika laga belum juga dimulai, kedua tim sedang sibuk
melatih fisik dan mental yang diuji, lemparan air mineral gelasan menghujani
lapangan, roll paper pun mulai
meluncur ke tengah, bahkan ada juga yang melempar bom asap. Ah, ndeso, batinku dalam hati.
Ketika peluit berbunyi, tanda laga sudah siap dimulai, kami
berdiri dan lantang bernyanyi, meski tetap hanya segelintir orang yang dengan
keras meneriakkan dukungan. Aku, yang oleh penjaga portir dibilang rombongan
anak pramuka karena memakai jilbab cokelat, baju krem dan mengenakan rok, tak
mampu untuk menahan diri dan lantang bernyanyi.
Hingga beberapa menit berlalu, akhirnya komando sudah ada
didepan memimpin kami bersuara lantang. Gemuruh itu tak seperti biasanya, tapi
aku masih berusaha keras untuk menampilkan suara, meski suaraku sudah mulai
terkikis habis dan serak memekak, aku tak peduli. Yang pasti, aku tetap
bernyanyi.
Dua gol mulai mampu membangkitkan semangat orang-orang
disekelilingku, dan suara itu kembali lantang kami teriakkan. Meski sesekali,
ada lirik yang terus saja tertukar, antara garuda dan elang jawa, antara
Indonesia dan PSS Sleman. Itu semua membuat kami tertawa geli dan saling
pandang.
Kemudian, ketika koreo mulai beraksi, mengumpulkan pasukan
pun butuh waktu tak sedikit, bahkan polisi yang sedang berjaga pun kami tawari
untuk ikut, tapi komandan tak memperbolehkan. Akhirnya, dengan pasukan
seadanya, yang merapat ketengah, kami beraksi dengan koreo yang ada.
Kegilaanku mulai menjadi perhatian orang-orang sekitar. Sesepuh
pun melirik aku yang terus saja ngechant dengan suara yang sudah tak karuan,
orang yang berbaris disampingku pun ikut ingin tahu. Hanya saja aku tak tahu,
aku masih saja berseru dan menyanyikan lagu, lagu untuk garudaku.
Semua berakhir dengan kemenangan. Flare dinyalakan, lagu sayonara kembali lantang digaungkan. Tapi, ada kericuhan yang
membuat tak nyaman, akhirnya aku dan teman-temanku memilih untuk pulang dan
melewatkan semua yang sedang terjadi. Kami kembali pulang, dengan kelegaan yang
masih belum sempurna.
Besok hari Minggu, kita lampiaskan lagi semangat ini. Batinku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar