//Siapa yang berlari disana
itu dia super elang jawa
kibarkan bendera
kita bernyanyi bersama
agar PSS juara//
Mendengar kabar kekalahan PSS sewaktu tandang ke Ngawi
kemarin benar-benar menyesakkan hati. Malam minggu yang benar-benar kelabu.
Kebetulan waktu waktu itu aku tengah nongkrong di angkringan dekat pasar
Wonosari bersama anak-anak Forum Komunitas Online Gunungkidul (FKOGK). Ketua forumnya kebetulan
juga Sleman Fans, aku dan dia membicarakan PSS yang akhir-akhir ini memang
nyaris terpuruk, bahkan menjadi juru kunci di klasemen sementara grup.
Belum lagi setelahnya mendengar berita bahwa coach Sartono
yang biasa disebut “mbah Galak” itu mengundurkan diri sebagai bentuk
pertanggungjawabanya atak ketidaksuksesannya membawa PSS sukses seperti
sebelumnya. Aku sendiri bingung, antara lega atau kecewa. Kebingungan itu
bercampur menjadi satu dan mengendap dalam fikiran.
Hari Rabu (14/5) menjadi hari PSS. Sudah sejak tengah malam
semangat ini mengalir dan tak kunjung padam, bahkan kian seperti tabuhan genderang saja gemuruh
dalam dada. Dan malam itu adalah malam penentuan, akankah kemenanganan yang
kami dapatkan? Atau justru semakin terpuruk di jurang terdalam?
Selembar tiket tribun kuning sudah ditangan, roll paper yang
baru saja menerjang bibirku karena kurang sigap menangkap ketika dilemparkan
oleh temanku juga sudah ku genggam erat, bahkan semangat ini sudah nyaris luber
memenuhi ragaku yang kurasa rapuh.
Ini dada yang menyimpan hati berbalut cinta, cinta yang
sepenuhnya untuk super elja. Ah, sedemikian hebatnya kah perasaan ini menggerus
kewarasanku, bahkan nyaris dibuat gila oleh emosi yang menggebu-gebu ini. Kangen
ini pun sudah tak tertahankan, harus benar-benar tertebus malam ini.
Gerimis mengundang kemengan, batinku. Tak melunturkan sayang
dan semangat yang ku punya. Justru semakin gencar saja rasa itu menusuk-nusuk
relung hati. Lekas saja ketika peluit panjang dibunyikan, pertanda pertandingan
siap dilangsungkan, langsung saja suara kami lantangkan, gemuruh dari tribun
selatan.
Gegap gempita selalu hadir ketika gol berhasil disarangkan
dalam gawang lawan. Mulai dari Ridwan Awaludin, Moeniaga, kemudian tendangan
pinalti milik Saktiawan Sinaga. Oh iya, waktu turun minum tiba, kami seluruh
penghuni tribun mendapat hiburan yang membuat gelak tawa tak kunjung reda.
Falcao, maskot super elja itu melakukan impersonate pada salah satu pemain PBSK
yang tengah latihan. Pemain PBSK yang merasa ditiru gerakannya oleh Falcao
kemudian mendekat dan seolah-olah mereka latihan bersama. Kami semua tertawa.
Setelah babak kedua, coreo pun dimulai. Tepat diujung tali
rafia yang terbentang, dengan kertas berwarna hijau ditangan, aku kembali
memaksa suara yang nyaris tak sempurna seperti sebelumnya, dan sudah mulai
kedengaran cempreng itu untuk menyanyikan lagu “Happy Birthday Sleman” yang
kebetulan besok akan bertambah usianya menjadi 98. Dan gol dari Moeniaga
menjadi pelengkap kado terindah untuk Sleman.
Terimakasih PSS Sleman, malam ini kami benar-benar merasakan
atmosfer yang menakjubkan. Semangat kalian kembali dan terbukti malam ini,
kalian bermain dengan bangga. Sekali lagi terima kasih pahlawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar