Laman

Jumat, 16 Mei 2014

Java Eagle Returns






//Siapa yang berlari disana
itu dia super elang jawa
kibarkan bendera
kita bernyanyi bersama
agar PSS juara//



Mendengar kabar kekalahan PSS sewaktu tandang ke Ngawi kemarin benar-benar menyesakkan hati. Malam minggu yang benar-benar kelabu. Kebetulan waktu waktu itu aku tengah nongkrong di angkringan dekat pasar Wonosari bersama anak-anak Forum Komunitas Online Gunungkidul (FKOGK). Ketua forumnya kebetulan juga Sleman Fans, aku dan dia membicarakan PSS yang akhir-akhir ini memang nyaris terpuruk, bahkan menjadi juru kunci di klasemen sementara grup.

Belum lagi setelahnya mendengar berita bahwa coach Sartono yang biasa disebut “mbah Galak” itu mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawabanya atak ketidaksuksesannya membawa PSS sukses seperti sebelumnya. Aku sendiri bingung, antara lega atau kecewa. Kebingungan itu bercampur menjadi satu dan mengendap dalam fikiran.

Hari Rabu (14/5) menjadi hari PSS. Sudah sejak tengah malam semangat ini mengalir dan tak kunjung padam, bahkan kian seperti tabuhan genderang saja gemuruh dalam dada. Dan malam itu adalah malam penentuan, akankah kemenanganan yang kami dapatkan? Atau justru semakin terpuruk di jurang terdalam?

Selembar tiket tribun kuning sudah ditangan, roll paper yang baru saja menerjang bibirku karena kurang sigap menangkap ketika dilemparkan oleh temanku juga sudah ku genggam erat, bahkan semangat ini sudah nyaris luber memenuhi ragaku yang kurasa rapuh.

Ini dada yang menyimpan hati berbalut cinta, cinta yang sepenuhnya untuk super elja. Ah, sedemikian hebatnya kah perasaan ini menggerus kewarasanku, bahkan nyaris dibuat gila oleh emosi yang menggebu-gebu ini. Kangen ini pun sudah tak tertahankan, harus benar-benar tertebus malam ini.

Gerimis mengundang kemengan, batinku. Tak melunturkan sayang dan semangat yang ku punya. Justru semakin gencar saja rasa itu menusuk-nusuk relung hati. Lekas saja ketika peluit panjang dibunyikan, pertanda pertandingan siap dilangsungkan, langsung saja suara kami lantangkan, gemuruh dari tribun selatan.

Gegap gempita selalu hadir ketika gol berhasil disarangkan dalam gawang lawan. Mulai dari Ridwan Awaludin, Moeniaga, kemudian tendangan pinalti milik Saktiawan Sinaga. Oh iya, waktu turun minum tiba, kami seluruh penghuni tribun mendapat hiburan yang membuat gelak tawa tak kunjung reda. Falcao, maskot super elja itu melakukan impersonate pada salah satu pemain PBSK yang tengah latihan. Pemain PBSK yang merasa ditiru gerakannya oleh Falcao kemudian mendekat dan seolah-olah mereka latihan bersama. Kami semua tertawa.

Setelah babak kedua, coreo pun dimulai. Tepat diujung tali rafia yang terbentang, dengan kertas berwarna hijau ditangan, aku kembali memaksa suara yang nyaris tak sempurna seperti sebelumnya, dan sudah mulai kedengaran cempreng itu untuk menyanyikan lagu “Happy Birthday Sleman” yang kebetulan besok akan bertambah usianya menjadi 98. Dan gol dari Moeniaga menjadi pelengkap kado terindah untuk Sleman.

Terimakasih PSS Sleman, malam ini kami benar-benar merasakan atmosfer yang menakjubkan. Semangat kalian kembali dan terbukti malam ini, kalian bermain dengan bangga. Sekali lagi terima kasih pahlawan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar