Kemarin, hari Rabu (28/5) PSS berlaga di Blitar. Ketika
dikabarin temen-temen yang lagi awaydays, rasanya pengen banget. Tapi mau
bagaimana lagi, kalau temanku yang satu itu nggak ikut, akan sulit ijin yang
kudapatkan. Lagi pula pagi itu aku harus mruput
ke kampus untuk bimbingan. Subuh-subuh bangun ada di rumah orang, iyalah, mau
nggak mau semalem aku nginep di rumah temanku. Rencananya nggak nginep, tapi
gegara temanku keasyikan telfon pacarnya ampe tengah malem, walhasil aku harus
nginep disana.
Sore hari, tergopoh-gopoh aku ke basecamp, berkumpul dengan kawan-kawan, kemudian memantau timeline twitter yang mulai hingar
bingar oleh satu kabar. Berharap ada kabar baik, apalagi PSS kali ini sudah
diasuh oleh pelatih anyar. Ceritanya ngreyen pelatih baru. Semoga sentuhan pelatih anyar tersebut mampu membangkitkan semangat punggawa PSS semakin lebih dan lebih lagi. Ya, babak pertama
PSS unggul, lewat gol yang dilesakkan oleh Guy Junior ke gawang lawan.
Tapi, begitu babak kedua dimulai, PSS langsung kecolongan
dua gol. Kabar tersebut langsung menohok hati, rasanya begitu sakit. Di depan
layar hanya mampu teriak-teriak gemes, “Come on Super Elja!!!”
Ya memang seperti ini rasanya kalau nggak nonton langsung di stadion. Gemesnya itu tuh nanggung. Apalagi ketika ada link streamingan yang nggak bisa dibuka, rasanya itu, ya Allah, nyesek banget. And then, peluit panjang berbunyi, PSS dinyatakan kalah, dan streamingannya baru bisa nyambung pas ketika suporter tuan rumah bersorak gembira. Semakin berlipat-lipat rasa kecewa.
Ada apa? Kenapa? Apa yang terjadi disana? Apa yang salah?
Ini ada apa lagi?
Tanya itu terus bersemayam tanpa ada sebuah jawaban sebagai
balasan.
Hari itu benar-benar rasanya jadi the worst day. Udah bimbingan ditolak, ini PSS kalah pulak. Ya Allah,
semoga esok nggak kalah lagi ketika ngelawan PSBK. Semoga. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar