Apa sih yang terlintas dalam fikiran orang-orang yang nekat
melakukan bunuh diri? Tentu saja bagi kita yang sekarang ini masih sukses
menghirup nafas dengan begitu leganya akan merasa heran. Memang rasanya bodoh
banget kalau ada orang yang rela menggadaikan nyawanya pada seutas tali, pada
racun serangga, pada selongsong peluru. Tapi, pernahkah kita berfikir tentang
apa yang mereka fikirkan.
Mungkin sebagian dari kita berkata, “mereka itu mana ada
mikir?”
Well, kalau mereka
nggak mikir, mereka nggak akan bunuh diri, mereka mungkin akan terjun ke jalan,
kemudian lontang-lantung tanpa pakaian. Sebagai orang yang udah pernah mikir
untuk bunuh diri, nah lho, itu dia, ada kata mikir. Iya, bunuh diri itu dipikir
dulu. Mereka memilih bunuh diri karena ada yang mereka fikirkan. Hanya saja,
apa yang mereka fikirka ini yang belum kita ketahui.
Alasan paling klise dan paling nggak masuk akal untuk bunuh
diri adalah problem cinta. Entah mengapa, putus cinta, ditolak gebetan, sampai
merasa disakiti oleh orang yang mereka sayang akan membawa orang tersebut untuk
memilih bunuh diri.
Putus cinta. sakit emang, kalau ada yang bilang biasa aja,
itu mungkin orangnya udah nggak punya perasaan (kayak akuh). Apabila dia cowok,
berarti dia sudah cinta mati sama ceweknya, dan sudah memantapkan dalam hati
bahwa cewek itu adalah jodohnya. Apabila ada korban jiwa, motifnya fifty-fifty.
Apabila yang cowok meninggal, berarti itu cowoknya stress dan bunuh diri. Apabila
ceweknya yang meninggal, itu berarti cowoknya kalap dan membunuh ceweknya. Eh,
kok jadi sadis gini bahasannya.
Kemudian alasan yang paling sering dipakai oleh orang dewasa
adalah kesulitan ekonomi. Pernah dengar kan ada sekeluarga yang bunuh diri
karena terlilit hutang? Ya, seperti itulah, memang uang bukanlah sumber kebahagian,
tapi, dewasa ini, sumber kebahagiaan adalah uang.
Setelah itu alasan yang menjadi lantaran para orangtua atau
lanjut usia (lansia) memilih bunuh diri adalah karena sakit yang tak kunjung
sembuh. Tidak mau merepotkan keluarga besarnya, anak-menantunya, biasanya
mereka merasa putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya untuk mengurangi beban
atas biaya obat dan perawatannya.
Tapi sebenarnya, diantara sekian alasan, hanya ada satu
alasan yang menjadi alasan yang paling mendasar diantara para pelaku bunuh
diri. Mereka merasa sendiri, tidak terbuka untuk membagi keresahan hatinya, dan
memendam emosi.
Mereka terkadang bukannya tidak mau cerita, hanya tidak tahu
mau ceritanya itu gimana. Atau mungkin permasalahan mereka jauh lebih kompleks
dari apa yang ada dalam bayangan kita. Namun, dari sekian teman yang ada
disekelilingku, dan mereka memiliki permasalahan yang cukup kompleks, mereka
tidak pernah memilih bunuh diri.
Well, dalam anggapan kita, bunuh diri adalah perbuatan
paling pengecut karena memilih lari dari masalah. Namun, benarkah itu
menyelesaikan masalah? Seharusnya tidak, itu hanya membebaskan pelaku untuk
pergi tanpa perlu menghadapi permasalahan itu lagi didunia ini.
Oh iya, jika ada yang tanya padaku pernah nggak berfikir
bunuh diri. Jawabnya iya. Alasan mengapa aku tetap hidup disini adalah, “Aku
mungkin mempunyai hati yang mampu menampung seluruh kesakitan yang ada di bumi
ini, namun aku tidak mempunyai apapun untuk menampung seluruh dosa yang akan ku bawa ke akhirat
nanti.”
Ya meskipun aku orangnya pecicilan dan urakan, aku tetap
manusia yang beriman. Masih percaya adanya Tuhan dan masih memikirkan kehidupan
setelah kehidupan.
Untuk siapapun kalian, percayalah, bunuh diri bukanlah
sebuah pilihan yang tepat. Dia bukan juga pilihan alternatif. Dia ada di
multiple choice yang hadir di lembar soal kehidupan yang tidak seharusnya kita
pilih. Dia hanya ada, tapi bukan untuk kita ambil.
Seperti yang ada di film 3 idiots, ketika nanti kamu memilih
menyerah dan berfikir untuk bunuh diri, ingatlah senyum kedua orangtuamu. Nisacaya
keinginan bunuh diri itu akan luntur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar