Laman

Kamis, 29 Mei 2014

Bunuh Diri (Jangan) Jadi Pilihan

Apa sih yang terlintas dalam fikiran orang-orang yang nekat melakukan bunuh diri? Tentu saja bagi kita yang sekarang ini masih sukses menghirup nafas dengan begitu leganya akan merasa heran. Memang rasanya bodoh banget kalau ada orang yang rela menggadaikan nyawanya pada seutas tali, pada racun serangga, pada selongsong peluru. Tapi, pernahkah kita berfikir tentang apa yang mereka fikirkan.
Mungkin sebagian dari kita berkata, “mereka itu mana ada mikir?”

Well, kalau mereka nggak mikir, mereka nggak akan bunuh diri, mereka mungkin akan terjun ke jalan, kemudian lontang-lantung tanpa pakaian. Sebagai orang yang udah pernah mikir untuk bunuh diri, nah lho, itu dia, ada kata mikir. Iya, bunuh diri itu dipikir dulu. Mereka memilih bunuh diri karena ada yang mereka fikirkan. Hanya saja, apa yang mereka fikirka ini yang belum kita ketahui.

Alasan paling klise dan paling nggak masuk akal untuk bunuh diri adalah problem cinta. Entah mengapa, putus cinta, ditolak gebetan, sampai merasa disakiti oleh orang yang mereka sayang akan membawa orang tersebut untuk memilih bunuh diri.

Putus cinta. sakit emang, kalau ada yang bilang biasa aja, itu mungkin orangnya udah nggak punya perasaan (kayak akuh). Apabila dia cowok, berarti dia sudah cinta mati sama ceweknya, dan sudah memantapkan dalam hati bahwa cewek itu adalah jodohnya. Apabila ada korban jiwa, motifnya fifty-fifty. Apabila yang cowok meninggal, berarti itu cowoknya stress dan bunuh diri. Apabila ceweknya yang meninggal, itu berarti cowoknya kalap dan membunuh ceweknya. Eh, kok jadi sadis gini bahasannya.

Kemudian alasan yang paling sering dipakai oleh orang dewasa adalah kesulitan ekonomi. Pernah dengar kan ada sekeluarga yang bunuh diri karena terlilit hutang? Ya, seperti itulah, memang uang bukanlah sumber kebahagian, tapi, dewasa ini, sumber kebahagiaan adalah uang.

Setelah itu alasan yang menjadi lantaran para orangtua atau lanjut usia (lansia) memilih bunuh diri adalah karena sakit yang tak kunjung sembuh. Tidak mau merepotkan keluarga besarnya, anak-menantunya, biasanya mereka merasa putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya untuk mengurangi beban atas biaya obat dan perawatannya.

Tapi sebenarnya, diantara sekian alasan, hanya ada satu alasan yang menjadi alasan yang paling mendasar diantara para pelaku bunuh diri. Mereka merasa sendiri, tidak terbuka untuk membagi keresahan hatinya, dan memendam emosi.

Mereka terkadang bukannya tidak mau cerita, hanya tidak tahu mau ceritanya itu gimana. Atau mungkin permasalahan mereka jauh lebih kompleks dari apa yang ada dalam bayangan kita. Namun, dari sekian teman yang ada disekelilingku, dan mereka memiliki permasalahan yang cukup kompleks, mereka tidak pernah memilih bunuh diri.

Well, dalam anggapan kita, bunuh diri adalah perbuatan paling pengecut karena memilih lari dari masalah. Namun, benarkah itu menyelesaikan masalah? Seharusnya tidak, itu hanya membebaskan pelaku untuk pergi tanpa perlu menghadapi permasalahan itu lagi didunia ini.

Oh iya, jika ada yang tanya padaku pernah nggak berfikir bunuh diri. Jawabnya iya. Alasan mengapa aku tetap hidup disini adalah, “Aku mungkin mempunyai hati yang mampu menampung seluruh kesakitan yang ada di bumi ini, namun aku tidak mempunyai apapun untuk menampung  seluruh dosa yang akan ku bawa ke akhirat nanti.”

Ya meskipun aku orangnya pecicilan dan urakan, aku tetap manusia yang beriman. Masih percaya adanya Tuhan dan masih memikirkan kehidupan setelah kehidupan.

Untuk siapapun kalian, percayalah, bunuh diri bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Dia bukan juga pilihan alternatif. Dia ada di multiple choice yang hadir di lembar soal kehidupan yang tidak seharusnya kita pilih. Dia hanya ada, tapi bukan untuk kita ambil.


Seperti yang ada di film 3 idiots, ketika nanti kamu memilih menyerah dan berfikir untuk bunuh diri, ingatlah senyum kedua orangtuamu. Nisacaya keinginan bunuh diri itu akan luntur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar